Minggu, 17 Januari 2016

Bolehkah Wanita Jatuh Cinta?



Jatuh cinta kepada lawan jenis bukanlah aib dan juga bukan dosa. Jatuh cinta adalah hal yang manusiawi dan menjadi naluri yang ada secara alamiah pada setiap manusia normal. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana kita menyikapinya.  Jika seorang wanita  merasakan hatinya jatuh cinta kepada seorang laki-laki, maka selama ada jalan  hendaknya diusahakan untuk menikah dengannya. Jika tidak ada jalan yang memungkinkan menikahinya, maka muslimah tersebut wajib Shobr (tabah hati), sampai Allah menggantikan dengan lelaki yang lebih baik,  atau Allah “menyembuhkannya” dari “sakit” cinta tersebut, atau Allah mewafatkannya.

Hati wanita itu berbeda dengan laki-laki, saat jatuh cinta maka wanita akan menyikapinya dengan sepenuh hati, mudah merasa cemburu padahal tidak memilikinya, mudah menangis, perasaannya terombang-ambing, dan sebagainya. Nah, ini yang perlu dihindari, cinta yang berlebihan pada seseorang yang belum halal untuk kita. Semakin kita berharap, maka semakin kita kecewa. Semua orang yang jatuh cinta pasti berharap orang yang dicintainya membalas cintanya, takut cintanya bertepuk sebelah tangan.

Jadi apa yang harus dilakukan? Usahakan sebisa mungkin meredam rasa cinta yang berlebihan itu. Kita harus menyadari hati kita ini sebenarnya milik siapa, hatinya milik siapa, semua ini hanya milik Allah, kita hanya dititipi. Ibarat kita ingin meminjam sesuatu pada seseorang, kita harus meminta izin dengan baik bukan? Terlebih jika kita dekat dengan orang tersebut, pasti dengan senang hati dia akan meminjamkan kita barang yang baik, berbeda jika kita kurang dekat pada orang tersebut, pasti akan dipinjami ala kadarnya. Begitu pula dengan hubungan kita terhadap-Nya, maka solusi terbaik adalah memantaskan diri, bukan untuk seseorang, tetapi untuk pemilik hati-Nya.

Tidak perlulah sengaja memperlihatkan diri didepannya. Berusaha menarik perhatiannya dengan kecantikan kita. Cukup dengan persiapkan dirimu untuk jodoh halalmu kelak. Jaga dirimu dengan baik, pakaianmu, hatimu, dan sikapmu. Persiapkan imanmu. Persiapkan sebaik-baiknya dengan ilmu agama dan ilmu dunia. Karena muara cinta adalah pernikahan, dan pernikahan bukan sekedar dua insan yang jatuh cinta lalu terikat dalam janji suci, bukan. Menikah itu perlu ilmu, menikah itu mudah, namun banyak lika-liku untuk mempertahankannya. Dua orang yang belum pernah hidup bersama, satu atap, lama-lama akan terlihat kekurangannya. Dan janganlah saling menuntut, menikah itu bersatunya dua hati, untuk mengarungi hidup bersama, menyempurnakan agamanya, bergandengan tangan, dan melangkah bersama. Ketika salah satu sakit, maka yang satu pun juga akan merasa sakit. Ketika salah satu terjatuh, maka yang satu harus berusaha membangkitkannya. Memang kita ini hanya manusia, yang memiliki banyak kekurangan.

Saat mencintai dalam diam, hendaknya berusahalah menepis perasaan yang berkobar-kobar dalam hati. Cukup lepaskan semua perasaan dalam sebentuk doa. Doakan saja dia. Lepaskan semuanya dalam sujud. Heningkan ia dalam sujud di sepertiga malammu. Ceritakan semua perasaanmu kepada Allah. Berharaplah yang terbaik hanya kepada Allah. Karena dengan menyibukkan diri dengan ibadah dan kegiatan positif , dengan memperbanyak ibadah, kita semakin dapat menambah cinta kita pada Allah dan RasulNya, yang memang seharusnya kita letakkan cinta untuk-Nya di atas segala-galanya. Dan perbanyak kegiatan positif, mengembangkan potensi diri, meraih cita-cita, dan berusaha untuk mempersembahkan bakti pada orang tua. Setidaknya rasa cinta yang berkobar itu dapat diredam dan jika seandainya dirimu ternyata tidak berjodoh dengannya atau ternyata perasaanmu malah berangsur-angsur hilang, kamu tidak akan rugi apa-apa. Tidak akan sia-sia. Tidak ada hati yang harus tersakiti. Juga tidak akan membuatmu malu akan apapun padanya. Terlebih malu pada Allah. Malah akan semakin membentuk dirimu sebaik-baiknya.

Pahamkan perasaanmu bahwa jika laki-laki itu berakhlak, tentu dia tidak mengajakmu pacaran, tapi mendatangi ayahmu dan melamarmu untuk dinikahi baik-baik. Sesuai ajaran Rasulullah SAW. ,kan? Bukan berusaha memiliki yang engkau cintai, tetapi mencintai yang engkau miliki kelak. Jika kalian berjodoh, maka Allah akan pertemukan juga. Jika tidak berjodoh, maka Allah akan pertemukan dengan yang lebih baik buatmu. :)

2 komentar:

  1. Subhanallah..... heem... :)
    mari saling menjaga hati untuk yang kita miliki kelak....
    biar hanya dia yang ada dihati dan pernah kita cintai begitu pula sebaliknya..

    BalasHapus